Indera News
Identifikasi, Explorasi & Rasional

- Advertisement -

Jejak Kisruh FPI

0 76

Inderanews, Nasional, – Front Pembela Islam (FPI) merupakan ormas yang kerap diidentikan dengan aksi kekerasan, bahkan tak jarang dalam aksinya mereka dilengkapi dengan senjata tajam. Walaupun sering menggunakan atribut agama, jejak kekerasan FPI sulit dilupakan masyarakat.

FPI adalah kelompok anarkis yang sering melakukan kekerasan dengan dalih agama. Aksi yang mereka lakukan-pun masih membekas, seperti aksi sweeping rumah makan di siang hari saat ramadhan. Pimpinan mereka Habib Rizieq Shihab juga kerap melontarkan kalimat-kalimat yang jauh dari kata teduh.

Pada Maret 2019 lalu, Sebanyak 11 anggota Front Pembela Islam (FPI) telah ditetapkan sebagai tersangka karena disinyalir telah melakukan tindakan penghasutan dan memancing kericuhan saat acara peringatan hari Ulang tahun ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) di Lapangan Srimersing, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Para pelaku telah diamankan karena nekat untuk membubarkan acara Harlah NU meski sudah diperingatkan oleh petugas keamanan. Kericuhan di Lapangan Srimersing itu terjadi pada pukul 11.40.

Atas tindakan provokatif yang berdalih, para tersangka dijerat dengan pasal 160 subsider 175 juncto pasal 55 dan 56 KUHP Pidana dengan ancaman enam tahun penjara.

Almarhum KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) pernah mengungkapkan kekesalannya terhadap aparat kepolisian yang sebelumnya mendiamkan berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Front Pembela Islam (FPI)

Saat itu Gus Dur merasa kesal ketika melihat laporan dari 12 orang dari Aliansi Kebangsaan dan Kebangsaan (AKKBB) terluka saat diserbu puluhan orang yang atribut atribut FPI di Monumen Nasional (Monas) Jakarta.

FPI juga merupakan ormas yang cenderung intoleran, hal ini dibuktikan ketika Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia pada suatu pagi di hari minggu tahun 2012. Siapa sangka, niatnya dalam berujung petaka, ketika mendadak puluhan orang berjubah putih dengan label FPI telah memenuhi pelataran Gereja. Mereka menghadang para jemaat yang dorong.

Pendeta Palti selaku pemimpin ibadah mengaku, bahwa tak jarang jemaat harus menerima lemparan telur busuk hingga air comberan dalam perjalanan menuju gereja. Saat tepat, Kelompok FPI juga melakukan demo dengan pengeras suara yang mengganggu para jemaat yang tengah berdoa.

Palti juga sempat meminta kepada Presiden Jokowi, agar masyarakat di Indonesia dapat bebas memilih sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Penyerangan juga terjadi pada Ormas Ahmadiyah, dimana para simpatisan FPI sempat menggebrak meja saat pembagian KTP bagi warga Ahmadiyah.

Salah satu jemaat Ahmadiyah Nurhalim mengatakan, bahwa seharusnya FPI harus menunjukkan perubahan sikap. Selain itu itu ia juga mengatakan bahwa pemerintah perlu menegaskan jika FPI melakukan tindakan yang melanggar hukum. Sebab selama ini tidak ada sanksi atau tindakan yang berarti ada tindakan melanggar hukum yng dilakukan FPI.

Mereka juga tak segan-segan menyerang diskotek, tercatat pada Maret 2002 lalu, satu truk massa FPI mendatangi diskotek di Plaza Hayam Wuruk. 300 massa FPI merusak sebuah tempat hiburan di Jalan Satrio Karet Jakarta.

Di tahun yang sama, puluhan anggota FPI juga mendatangi sebuah diskotek di Ciputat dan menuntut agar diskotek menutup aktifitasnya. Perusakan mereka terhadap tempat hiburan tersebut bahkan disinyalir sebagai aksi ‘pesanan’ karena adanya persaingan bisnis.

Pada Agustus 2003, Dewan Pimpinan FPI Kabupaten Purwakarta meminta pengelola sebuah taman kanak-kanak untuk bekerja sekaligus mengelola sebuah taman kanak-kanak sekaligus membongkar bangunannya. Jika tidak, FPI akan mengancam dan membongkar paksa bangunan.

Tindakan ini semakin meningkat pada saat ini kerapkepada aksi kekerasan, FPI juga menjadi ormas yang intoleran terhadap beragam pilihan dalam salah.

Hal ini terjadi dengan adanya pengusiran KH Abdurahman Wahid dari forum dialog etnis etnis dan agama di Purwakarta pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007, FPI juga merusak tempat berkumpulnya masa Waldiyah karena berkumpulnya sesat.

Dari sekumpulan aksi tersebut tentu saja menjadi sebuah rekam jejak yang menjadikan alasan bahwa FPI lebih banyak melancarkan aksi Mudharatnya.

Soal pembubaran terhadap ormas ini tentu saja memiliki landasan yang jelas, bahwa ormas ini merupakan ormas yang gemar sehingga aksi intoleransi dan kekerasan.

Sumber Oleh: Afrizal

Leave A Reply

Your email address will not be published.