Inderanews, Bangka, – Warga nelayan gabungan dari Kampung Kuala, Matras, Sinar Jaya, Jelutung Kecamatan Sungailiat, Kampung Aik Antu, Bedukang, Deniang Kecamatan Riau Silip hingga Kampung Pesaren Kecamatan Belinyu menggelar unjuk rasa di perairan laut Matras, Jumat (14/11/2020).
Ratusan gabungan nelayan tersebut turun langsung ke laut menuju empat Kapal Produksi Kapal (KIP) mitra PT Timah Tbk yang beroperasi di perairan laut Matras dan sekitarnya.
Aksi demi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap dimulainya aktivitas penambangan yang dilakukan 4 KIP mitra PT Timah Tbk yang mulai beroperasi sejak Senin (09/11/2020).
Sebelumnya pada Senin (09/11/ 2020) malam, sejumlah nelayan juga sudah memulai aksi unjuk rasa dengan mendatangi KIP menggunakan beberapa perahu nelayan menggunakan mesin tempel.
Selanjutnya, pada Selasa (10/11/2020) yang lalu dengan jumlah massa yang lebih besar hingga ratusan orang dan menggunakan puluhan perahu nelayan , mereka mendatangi satu per satu KIP agar kegiatannya.
Aksi demo para nelayan ini dikawal aparat keamanan dari Polres Bangka dan Polda Babel, bahkan anggota kepolisian juga menempati posko keamanan di pinggir Pantai Matras serta mengerahkan beberapa kendaraan seperti truk, ambulans, water canon dan lainnya.
Selain itu, Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bangka dan BPBD Kabupaten Bangka juga diterjunkan untuk berjaga-jaga di Pantai Matras Sungailiat.
Ali, perwakilan nelayan mengaku aksi ini demo turun langsung ke laut mengepung KIP ini dilakukan karena masyarakat sudah sangat kesal dan sudah tidak percaya lagi dengan aparatur pemerintah dan pemerintahan serta anggota DPRD, karena masalah pro kontra KIP ini tidak menemukan solusi yang adil bagi nelayan .
“Lokasi penambangan KIP tersebut merupakan tangkapan nelayan mencari ikan bawal, lokasi jaring ikan Ciu, udang dan memancing ikan kerisi, kalau daerah itu ditambang maka habis dan rusaklah terumbu karangnya sehingga kami akan kesulitan mencari ikan untuk nafkah keluarga kami sehari-hari, kami mohon tindakan KIP Ini segera, “ungkap Ali.
Ali menjelaskan, sejak pagi para nelayan sudah berkumpul di pinggiran Pantai Matras Sungailiat untuk membuka jalan menuju KIP yang sedang berkembang.
“Alhamdulillah setelah kita temui satu per satu KIP tersebut akhirnya berhenti bekerja, kita bisa lihat betapa merusaknya dan membuat air laut menjadi keruh,” tukas Ali didampingi ratusan rekan-rekannya.
Lebih lanjut, dikatakan Ali, saat nelayan menuju KIP terlihat puluhan aparat keamanan sudah berada di dalam semua KIP itu.
“Di dalam KIP itu ternyata banyak juga anggota keamanan bersenjata lengkap di dalam KIP-KIP itu, tapi kami tidak takut kami hanya minta agar KIP itu berhenti operasi,” tukas Ali.
Kami melakukan demo di laut , ratusan nelayan bersama puluhan perahunya kembali ke pinggiran Pantai Matras untuk berteduh di beberapa pondok nelayan .
Kegiatan para nelayan ini juga diikuti anggota keluarga mereka seperti para istri dan anak-anaknya.
Lebih lanjut, dikatakan Ali, saat nelayan menuju KIP terlihat puluhan aparat keamanan sudah berada di dalam semua KIP itu.
“Di dalam KIP itu ternyata banyak juga anggota keamanan bersenjata lengkap di dalam KIP-KIP itu, tapi kami tidak takut kami hanya minta agar KIP itu berhenti operasi,” tukas Ali.
Kami melakukan demo di laut , ratusan nelayan bersama puluhan perahunya kembali ke pinggiran Pantai Matras untuk berteduh di beberapa pondok nelayan .
Kegiatan para nelayan ini juga diikuti anggota keluarga mereka seperti para istri dan anak-anaknya.
Tempat bersantai para perwakilan nelayan difasilitasi Kapolres Bangka AKBP Widi Haryawan dan jajaran Polres Bangka untuk melakukan mediasi dengan pihak PT Timah Tbk dan mitranya.
Awalnya, mediasi akan dilakukan di posko Polres Bangka namun karena terlalu sempit dan panas sehingga dialihkan ke salah satu pondok nelayan .
Mediasi ini disaksikan para nelayan lainnya dari luar pondok nelayan namun sampai berita ini diketahui belum diketahui hasil mediasinya. (Abi Wardana)